AUTOBIOGRAFI HAMDANI, S.Pd.
Hamdani, S.Pd. |
Hamdani,
S.Pd. dengan nama pena Hamdani Mulya. Lahir di desa Paya
Bili, Kec. Meurah Mulia, Kab. Aceh Utara pada 10 Mai 1979. Belajar pendidikan pertama di rumah
sendiri di kampung kelahiran berguru kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta. Mampu
membaca Al-Qur'an sejak usia anak-anak di bawah guru asuhan Kakek dan Nenek Hajjah tersayang. Menempuh Pendidikan Agama Islam di Dayah (Pesantren)
Nahrul Ulum Diniyah Islamiyah (NUDI) Kec. Meurah Mulia, Kab. Aceh Utara (1991 s.d
1998) berguru kepada Tgk. H. Usman Ishaq yang akrab dipanggil Abon Usman NUDI
ulama kharismatik Aceh alumni dayah BUDI Lamno.
Hamdani memulai pendidikan dasar di SD Negeri Paya Bili (1992), SMP Negeri Meurah Mulia (1995), SMA Negeri Samudera Geudong (1998). Alumni Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh tahun 2003.
Hamdani memulai pendidikan dasar di SD Negeri Paya Bili (1992), SMP Negeri Meurah Mulia (1995), SMA Negeri Samudera Geudong (1998). Alumni Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh tahun 2003.
Menulis puisi dan artikel
pendidikan di beberapa majalah dan surat kabar. Karya Hamdani Mulya
dipublikasikan di harian Serambi
Indonesia, Kutaradja, Waspada, Haba Rakyat, Majalah Fakta, Santunan Jadid,
Seumangat BRR, Al-Huda, Khazanah, Meutuah Diklat, dan
di beberapa website (blog) internet
seperti: http://hamdanimulya.blogspot.com.
Puisinya juga terkumpul bersama
penyair Aceh lainnya dalam antologi puisi Dalam
Beku Waktu tahun 2002. Puisi
Hamdani Mulya yang berjudul “Rindu dalam Damai di Bawah Payung Cinta” menjadi
puisi favorit bagi juri dalam acara lomba menulis puisi “Damai dalam Sastra” yang
diselenggarakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Unsyiah dan menjadi puisi kategori puisi terbaik
juara I tahun 2003.
Pak Hamdani, panggilan akrab
penulis kota Belahan Sungai Lhokseumawe ini sejak tahun 2006 sampai sekarang menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan
bertugas sebagai guru Bahasa Indonesia di MAN kota Lhokseumawe. Mulai tahun 2004 sampai tahun
2011 mengasuh mata
kuliah yang sama di STAIN Malikussaleh Lhokseumawe berstatus sebagai dosen luar biasa. Buah pikirannya tentang
sastra, bahasa, dan pendidikan juga menjadi bahan rujukan skripsi mahasiswa
STAIN.
Pada
tahun 2005 Hamdani Mulya diundang oleh Direktorat Pendidikan Dasar dan
Menengah, Departemen
Pendidikan Nasional, untuk ikut serta dalam seminar nasional guru seluruh
Indonesia di Bogor. Karena
cerpennya yang berjudul “Nahkoda Pelabuhan Air Mata” masuk dalam finalis lomba
mengarang cerpen tingkat nasional. Di ajang inilah ia berguru dan belajar
menulis puisi beberapa saat kepada sastrawan nasional terkemuka Taufiq Ismail dan Sutardji Calzoum Bachri.
Hamdani Mulya juga telah
membacakan beberapa puisi yang ditulisnya di beberapa kota seperti Lhokseumawe,
Sigli, Banda Aceh, dan Medan. Kumpulan
puisinya yang berjudul "Mengeja Alamat" (puisi berkisah tsunami Aceh) dibacakan di Radio Multi Suara FM Lhokseumawe dan puisinya "Syair Orang Sehat" dibacakan di Radio Republik Indonesia (RRI) Lhokseumawe. Di samping menjadi guru dan dosen kadang-kadang
juga menjadi juri lomba menulis puisi dan cerpen tingkat siswa di Lhokseumawe.
Hamdani adalah penulis buku Cerdas
Berbahasa Indonesia yang
diterbitkan oleh Unimal Press Lhokseumawe tahun 2011 dan penulis buku Bahasa
Nenek Moyang (Indatu) Orang Aceh tahun 2015.
Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)
yang pernah diikutinya yaitu: Diklat Penyiaran Radio Baiturrahman FM di Banda
Aceh tahun 2002, Diklat Guru Bidang Studi Bahasa Indonesia di Medan tahun 2006,
Diklat Pra Jabatan PNS di Sigli tahun 2006, dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) di Lhokseumawe tahun 2007.
0 Response to "Autobiografi Hamdani Mulya"
Posting Komentar