Bahasa SMS Rusak Citra Bahasa Indonesia



BAHASA SMS RUSAK CITRA BAHASA INDONESIA

Oleh Hamdani, S.Pd.

Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar di dunia pendidikan. Demikian antara lain fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Namun, dalam realitas keseharian dalam berbudaya berbahasa. Pengguna bahasa sering kali mengabaikan aturan-aturan kebahasaan seperti ejaan. Bahkan problema seperti itu dilakukan oleh kaum intelektual. Dalam pemakaian ejaan sering kita menemukan pemakaian huruf kapital yang kurang tepat.

Misalnya penulisan nama dosen dan gelar pada absensi, dalam makalah atau lembaran pengesahan skripsi yang disusun oleh mahasiswa sering ditulis dengan huruf kapital semua. Contoh: DRS. MUKHLIS A. HAMID, M.S. Padahal penggunaan huruf kapital semacam itu suatu yang bertentangan dengan Pedoman Umum Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD), pada tahun 1972. Maka cara penulisan yang benar nama dan gelar pada contoh di atas adalah Drs. Mukhlis A. Hamid, M.S. Untuk lebih jelas silakan anda baca lagi EYD terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud) sebagai tugas pribadi anda.

Bukankah anda seorang penulis buku, peneliti, dosen, guru, insan pers, mahasiswa, atau minimal anda masyarakat pemakai bahasa Indonesia. Karena santunnya suatu bahasa mencerminkan luhurnya budi pengguna bahasa suatu bangsa. Indah sekali bukan? Selain itu kesalahan fatal yang dapat merusak citra bahasa Indonesia adalah pada penulisan bahasa layanan SMS melalui HP.

Kesalahan berbahasa Indonesia kita dapatkan dalam pemakaian bahasa yang ambiguitas, sering kita temukan pada penggunaan bahasa layanan SMS. Ambiguitas artinya bahasa yang bermakna ganda, yang dapat membingungkan pembaca karena multi tafsir. Seperti bahasa yang sering digunakan oleh pengguna Hand Phone (HP) ketika menulis SMS.
Ambigu tidak sama dengan konotasi atau makna sampingan. Lazim disebut dengan makna kias, karena makna kias lebih menyarankan pada pengertian bahasa figuratif atau gaya bahasa. Walaupun demikian, ambiguitas dan konotasi keduanya dilarang keras pemakaiannya dalam bahasa karya ilmiah. Sedangkan bahasa yang bermakna konotasi hanya dibolehkan pemakaiannya dalam karya sastra seperti novel, cerpen, dan puisi. Kadang-kadang juga digunakan dalam bahasa jurnalis dan feature untuk menarik perhatian dan membuat pembaca penasaran.

Contoh kalimat ambigu antara lain: Kucing makan tikus mati. Dalam kalimat tersebut siapa yang mati ? Tikus atau kucing? Kita dapat memperbaikinya dengan memberikan tanda koma (,) pada posisi berikut: a) Kucing, makan tikus mati. Kalimat tersebut berarti ada seekor kucing yang makan tikus sudah mati, b) Kucing makan, tikus mati. Berarti kucing dan tikus tidak saling berinteraksi, tetapi bersifat individualistis, c) Kucing makan tikus, mati. Berarti seekor kucing setelah makan tikus, kucing ini mati. Disebabkan oleh asumsi bahwa tikus mati yang dimakan oleh kucing, sebelum mati kucing telah memakan racun berbahaya.

SMS adalah singkatan dari bahasa Inggris: Short Message Service. Dalam bahasa Indonesia disebut Layanan Pesan Singkat, dan sebagian orang menafsirkan sebagai Surat Menyurat Singkat (SMS) melalui HP. Memang demikianlah awal kemunculannya SMS hanya ada diprogram HP. Sekarang SMS juga dapat diakses melalui internet pada program email. Banyak memang keuntungan dari SMS ini, antara lain menghemat pulsa, dan pesan lewat SMS dapat diterima dan dikirim di manapun dan kapan saja, karena HP dapat dibawa kemana saja dan dapat dimasukkan ke kantung atau saku pakaian. Jadi pemakaian HP lebih efisien dan praktis. Selain itu SMS juga lebih menjaga rahasia percakapan di depan umum, karena tidak bersuara seperti bicara langsung. Dalam konteks wacana teknologi seluler dan ekonomi, SMS melalui HP sangat menguntungkan.

Namun, jika SMS dikaitkan dengan wacana kebahasaan ternyata bahasa SMS telah merusak citra bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahasa SMS telah melanggar kaidah penulisan yang tercantum dalam Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) dan Tata Bahasa Baku. Bahkan bahasa SMS sangat banyak ragamnya sehingga semakin memperparah kerusakan bahasa Indonesia. Padahal bangsa Indonesia sedang menggalakkan pemberantasan tuna aksara (buta huruf). Atas keprihatinan penulis terhadap problema bahasa di atas, maka penulis melakukan penelitian terhadap beberapa SMS yang terdapat dalam HP beberapa orang kawan yang terlebih dulu penulis minta izin. Selain itu penulis juga meneliti bahasa SMS di beberapa surat kabar lokal terbitan Aceh pada tahun 2009-2010.

Dari hasil survei yang penulis lakukan tersebut membuktikan bahwa sangat banyak pengguna bahasa SMS yang dapat dikategorikan buta huruf. Walaupun penggunaan bahasa semacam itu disengaja oleh orang yang tidak buta huruf. Kenapa disebut buta huruf, karena dalam penulisan bahasa SMS banyak huruf yang tinggal, kalimat tidak efektif, dan sebagian pengguna HP memang benar-benar buta huruf. Namun, karena telah memakai HP sedikitnya telah berusaha untuk belajar menulis. Sebaiknya bagi orang yang mahir menulis gunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Demi pengembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara yang kita cintai.

Kalimat efektif merupakan suatu kalimat yang mampu menyampaikan pesan secara akurat dan mampu juga diterima dengan akurat oleh pendengar dan pembaca. Apabila yang di sampaikan X oleh pembicara dan penulis maka yang diterima juga X oleh pendengar dan pembaca. Tidak kurang dan tidak lebih (Walija, 1996:33). Sebagai seorang orator ulung dan penulis andal kita harus mampu memahami dan menggunakan kalimat efektif secara cermat.

Ciri-ciri kalimat efektif selanjutnya adalah sebagai berikut: a) memilih kata (diksi bahasa Inggris: diction) dan istilah yang tepat, b) menggunakan ejaan secara cermat, c) penghematan kata dan tidak menggunakan kata secara mubazir. Contoh kalimat mubazir: Banyak sekali surat-surat masuk ke kantor redaksi. Lebih efektif jika ditulis: Banyak surat masuk ke kantor redaksi, d) menggunakan kata yang segar dan bervariasi. Jangan menggunakan kata-kata yang kusam dan bertele-tele dan membosankan, e) menyelaraskan dengan kalimat-kalimat lain dan koheren.

Memang semua orang faham termasuk penulis dan pembaca bahwa layar monitor HP itu sempit dan kecil. Jika pengguna HP mengetik SMS sesuai kaidah Tata Bahasa Indonesia Baku pasti kalimatnya tidak muat semua. Namun, jika anda menulis SMS gunakanlah kalimat yang lengkap dan standar. Jangan terlalu menyingkat sehingga membingungkan pembaca. Betapa banyak orang kehilangan pekerjaan, karena dipecat oleh kepala kantor yang disebabkan oleh SMS yang bermakna ganda dan dianggap melecehkan atasan. Selain itu, ada juga pengirim SMS yang dipengadilankan, karena dianggap SMS yang bermakna ambigu merupakan pencemaran nama baik seseorang.

Di akhir tulisan ini penulis mengajak semua pengguna bahasa Indonesia untuk menulis SMS yang standar. Walaupun tidak terlalu baku, minimal tulislah dengan kalimat yang lengkap dan tidak terlalu menyingkat. Demi pengembangan dan pemeliharaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.


Puisi : Preman Bahasa

“Preman Bahasa“
Telah menghilangkan pesona
Citra kebahasaan
Bahasa Indonesia yang selama ini kita banggakan
telah luntur terkoyak
Mereka adalah preman bahasa;
gaul, prokem, elite
Pudarlah nasionalis bahasa bangsa
Puisi : Hamdani Mulya, 1 Januari 2009.


Tentang Penulis :
Hamdani, S.Pd. adalah guru MAN Lhokseumawe, dosen Bahasa Indonesia STAIN Malikussaleh, peneliti bahasa dan sastra.

1 Response to "Bahasa SMS Rusak Citra Bahasa Indonesia"

  1. Mereka menyingkat kata karena tidak mau membayar pulsa yang terlalu tinggi. Coba Anda mengirim SMS kepada teman Anda dengan kata-kata yang lengkap, bisa saja Anda membayar lebih mahal daripada menyingkat kata-kata. Dengan menyingkat kata, mereka bisa saja membayar yang lebih murah. Itulah sebabnya mengapa mereka menyingkat kata. Mereka sengaja melakukan itu karena faktor biaya, bukan karena faktor gengsi, agar gaul, atau yang lain. Tetapi mereka tetap mengetahui aturan EYD karena apa yang mereka tulis tetap mengikuti aturan. Mereka hanya kurang bisa berbahasa baku, karena kata-kata yang mereka kirim banyak pula yang dipengaruhi oleh bahasa daerah mereka. Tetapi, mereka tetap bisa mengikuti aturan EYD.

    BalasHapus